Jumat, 27 Mei 2011

Memaknai Hukum dan HAM di Indonesia

Sudah 13 tahun kita hidup dalam gema reformasi. Setelah semua ingin, hasrat, dan semangat, tertuangkan dalam pekikan mahasiswa di jalan-jalan. Atas semua dukungan masyarakat yang mempunyai semangat perubahan yang sama. Dengan penuh pengorbanan semua perjuangan itu dimulai.

Tapi, apakah semua semangat itu harus kita kubur dalam ingatan dan waktu yang terlewat?
TIDAK!!!

Ada tanggung jawab di pundak kita, generasi penerus, para pemuda.
Untuk menuntaskan dan menyatakan mimpi-mimpi yang telah dirintis oleh orang-orang terdahulu kita.
Sadarkah kita?
Bahwa ternyata amanah-amanah ini menunggu kontribusi nyata kita.

Lihat apa yang telah terjadi beberapa waktu ini.

Negara ini sungguh membingungkan.
Kita adalah Negara hukum, tapi penerapannya cacat dimana-mana.
Maling ayam dipenjara 7 tahun, tapi maling uang Negara milyaran rupiah hanya dipenjara 3,5 tahun.
Sepertinya hukum di Negara kita dapat diperjual-belikan. Hukum penjara bertahun-tahun bisa dibeli dengan rupiah. Sehingga orang-orang yang tak mampu harus membayar kesalahan mereka dengan mendekam di penjara.
Inikah potret hukum di Negara kita?
Begitu memprihatinkan.

Permainan hukum ini telah merusak hak asasi begitu banyak orang.
Pajak yang dibayar oleh rakyat malah digunakan untuk berfoya-foya oleh “wakil rakyat”. Dikorupsi untuk kepentingan golongan, dihabiskan untuk membeli mobil-mobil mewah, digunakan untuk “jalan-jalan” ke luar negeri, dan terakhir yang saya dengar, mereka ingin menggunakannya untuk membangun gedung super mewah tempat mereka bekerja.
Apakah ada yang terkembalikan ke kami manfaat dari pajak yang kami bayarkan?
Kalaupun ada, mungkin hanya sedikit persentase yang kami dapat.
Ingin rasanya berdo’a saat ini, sebagai golongan yang terzalimi.

“Hati-hatilah terhadap do’a orang yang terzalimi, karena tidak ada suatu penghalang pun antara do’a tersebut dan Allah.” [HR Bukhari].

Tapi ternyata hati ini tidak ingin mendo’akan sedikitpun keburukan untuk bangsa tercinta ini.
Karena saya telah ikhlas mencintai bangsa ini karena Allah.
Karena saya ingin menjadi golongan yang mempercepat perubahan bangsa ini untuk menjadi lebih baik kedepannya.


Kepada semua rekan-rekan yang membaca tulisan saya ini…
Mari kita bulatkan tekad, singsingkan lengan baju, dan kobarkan semangat untuk meneruskan perjuangan.
Untuk menuntaskan pekerjaan.
Untuk menjadi segolongan umat yang menyeru pada kebaikan.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)

Yakinlah bahwa semua perubahan pasti akan membawa kita ke arah yang lebih baik.
Tapi pertanyaannya adalah, apakah kita akan menjadi orang yang mempercepat proses ataukah menjadi orang yang memperlambat proses pencapaian ini.



Semoga kita menjadi golongan yang mempercepat pencapaian proses dan merupakan segolongan umat yang menyeru pada kebaikan.
InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar