Selasa, 29 Maret 2011

semua ini tentang "hidup"


Orang bilang ilham, aku bilang jiwa.
Orang bilang inspirasi, aku bilang imajinasi.
Orang bilang belajar dari pengalaman, aku bilang temukan kebenaran sejati.

Semua telah dicoba namun seolah sia-sia.
Semua telah berusaha namun seolah-olah sungguh sulit melawan dunia.
Semua tidak mau mengerti kita.
Bahwa prinsipnya, dunia sungguh sulit untuk dikalahkan.

Hidup bukan antara aku dan dunia.
Namun antara kita sebagai anggota dari kehidupan.
Sehingga kita bisa menjadi bagian dari hidup.
Dan mengerti kemana hidup ini akan mengarah.

Namun aku tak tahu…
Bagaimana lagi yang harus aku lakukan…
Hingga aku lelah.
Hingga aku menyerah…

Hingga aku sadar,
Bahwa semua itu bukan tentang aku.
Namun tentang dunia.
Namun tentang orang-orang lain.

Ke mana harus aku cari jati diri?
Jiwaku yang murni.
Yang mengerti kemana aku harus memilih.
Apa yang harus aku perbuat.
Ke mana hati nurani aku cari.

Semua itu bukan tentang aku.
Semua itu bukan tentang pengetahuan agamaku.
Namun tentang sejauh mana hubungan jiwaku dengan Sang Pencipta.
Namun tentang sejauh mana hidupku berarti bagi dunia.
Namun tentang sejauh mana aku mengerti arti hidup yang sesungguhnya.

Bahwa hidup perlu berusaha.
Bahwa hidup tak perlu memaksa.
Bahwa hidup tak perlu mengandalkan kekuatan dan kekuasaan.
Namun hidup sesungguhnya menjadi suatu semangat menggebu-gebu
untuk berbuat bagi orang lain. 

Senin, 21 Maret 2011

Mentari Halimun

Tulisan ini dibuat ama saudara gw: Rahmiati Elsa, sebagai tugas bahasa Indonesia waktu kelas 3. Waktu itu buk Zusyeni (guru gw) ngacak nama yang bakal kami bikin puisi sesuai dengan abjad namanya.
Nah,,, nama gw dapet ama si Rahmiati Elsa ini.
Bagus dah puisinya….

Mentari Halimun

Mentari pagi secerah harapanmu
Engkau yang selalu berani untuk bermimpi
Niatanmu untuk masa depan
Tak pernah engkau ragukan
Aku yakin engkau bisa, teman
Raih cita-cita impianmu
Impian yang slalu kau harapkan

Harus jujur aku sampaikan
Aku memang bukan teman yang baik
Lama sudah kita bersama
Ikatan itu terasa belum erat
Maafkan aku teman
Untuk kata-kataku yang tak bijak
Namun, hanya itu yang bisa kuungkapkan


Tulisan yang sungguh sederhana.
Tapi teman, bergetar hati ini di setiap kalimat yang terucap ketika itu. Sungguh, gw bangga nama gw dibikin jadi tulisan kaya’ gini.

Hehehehehe (cengar-cengir)

Untuk saudara gw: Rahmiati Elsa…, maksih ya udah bikin puisi yang bagus buat gw.

just wanna be your friend

will  you  be  my  friend???  And….
… may  angels  bring  you  in…

FRIEND

I  like  to  be  around  you…
When  you’re  not  trying  to  be  somebody.
And  I  want  to
Hang  with  you
Talk  about  whatever  we  talk  about

Don’t  care  what  you  wear
What  we  do
And  if  your hair  is  blue,, or  purple,, or  pink

You  don’t  have  to  be  cool
You  don’t  have  to  be  smart
Don’t  need  to  know anything  at  the  time
It’s  alright  if  you’re  just  a  little  bit  of  it

I  don’t  care

Just  wanna  be  your  friend


Sabtu, 19 Maret 2011

3 tahun ukhuwah itu


tulisan ini memang bukan hak paten saya, dan tulisan ini hanya menuliskan apa yang ada di movie maker yang dibuat oleh salah seorang saudara saya saat milad ke-3 kita (AldebaranIQ).
saya sangat menyukai tulisan ini, hingga telah berpuluh kali saya membacanya.
semoga rekan-rekan menikmati membaca tulisan ini.......






Assalamu’alaikum wr wb
Dengan asmaMu Ya Rabbi, yang telah menitipkan ukhuwah ini di tangan kecil kami.

Saudaraku…
Banyak orang yang ada dalam kehidupan ini, namun tak semuanya mampu meninggalkan jejak di sanubari. Tapi coba tilik lebih dalam hatimu, ada ruang bersekat 59 di salah satu ruang di hatimu.

Ada jejak-jejak kecil yang tajam disana,
Semakin lama jejak itu akan semakin luas dan jelas.
Sekarang ambillah secarik kertas, dan selipkan pulpen di jarimu.
Tanya, apa yang telah dilakukan si pembuat jejak dalam hidupmu.
TULISKAN JAWABANMU!


 ..............................

Cukup, tak perlu semua ditulis.
Karena hanya akan menghabiskan tintamu.
Tanpa kau sadari, catatan itu telah lama ada dalam setiap sekat dihatimu.
Saat kebersamaan itu ada, bahkan saat jarak menggantikannya.
Walaupun tak terlihat, tapi yakinlah bahwa ia ada.

Tak ada batas minimal untuk mengartikan sebuah ukhuwah.
Tidak butuh waktu 1, 2, atau bahkan 3 tahun untuk menyadari arti ukhuwah ini.
Kita hanya butuh waktu 4 bulan untuk merangkai ukhuwah ini dalam rentetan kata penuh makna.
Dan sekarang kita butuh waktu selamanya untuk menjaga ukhuwah ini.
Percayalah saudaraku, ukhuwah ini bukan tercipta, namun diciptakan.

Saudaraku terkasih dalam cinta dan lindungan Allah yang Maha Pemurah…
Ingatlah kembali ketika kita dititipi 1000 hari untuk mengukir memori indah sebagai anugerah.
Kita lahir sebagai pejuang, dalam takbir yang diucapkan begitu lantang.
Dan kita hadir bersama setiap lembar yang telah kita isi agar suatu saat dapat dikenang, ketika kita tak dapat lagi saling melihat.

Cinta itu ada, terasa, dan nyata meskipun tanpa raga.
Ukhuwah itu tetap melekat meskipun kita tak lagi dekat.
Ketika pilihan mengantarkan kita ke persimpangan jalan, dan kebersamaan adalah hal yang hanya bias kita rindukan.
Kisah kita adalah sebuah kenangan yang terus berjalan bersama keabadian.

Dan hari ini [11 November 2010], hari yang sama saat kita hadir sebagai sebuah generasi.
Tundukkan kepala dan ikhlaskan hati untuk berdo’a:

“Ya Illahi Yang Maha Tinggi…
Segala puji untuk ukhuwah yang telah Engkau tanamkan di hati kami. Untuk kebersamaan yang telah terjalin dalam 1000 hari yang Engkau pinjamkan pada kami. Dan untuk kenangan indah yang telah Engkau simpan dalam ingatan kami.
Ya Allah yang hanya padaMu kami menyembah.
Izinkan kami tetap bersama dalam jalan lurusMu.
Berkahi pilihan yang telah kami ambil sebagai jalan hidup kami.
Perkenankan kami menjadi para pemimpin di masa depan, pelopor perubahan peradaban.

Ampuni atas segala dosa yang tak seharusnya kami lakukan.
Biarkan kami merasakan nikmat iman sampai kami siap untuk kembali padaMu dengan pertanggungjawaban.

Ya Allah yang Maha Bijaksana…
Biarkan arti generasi itu tetap hidup dalam hati kami.
Pererat ukhuwah yang telah tercipta di antara kami.
Kumpulkan kami kelak di tempat terindahMu Ya Rabbi.

Perkenankanlah Ya Allah…..”



Saudaraku tercinta,
Dalam nama AldebaranIQ yang telah menyatukan kita.
Kebersamaan itu telah berlalu dan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Namun kita akan tetap bersama sampai saatnya kita benar-benar hanya tinggal nama.

Ucapkan sebelas takbir yang dulu kita agungkan sebagai tanda kita menuju kedewasaan.

Semoga pertambahan usia ini terus diikuti kebaikan dan jalan kita kedepan diliputi keberkahan.

Dengan nama Allah di awal permulaan sampai penghabisan.


TAKBIR 11 x

Wassalamu’alaikum wr wb







Terima kasih,, teruntuk khusus bagi saudara saya: Elfa Silvia Dewi,, Rahmi Izzati,, dan Arif Sulaiman,, serta seluruh anggota AldebaranIQ lainnya.
semoga ukhuwah ini slalu dalam ridhoNya.

Bidadari-bidadari Surga _ Novel by Tere Liye

Bagi siapa pun yang suka membaca novel namun belum membaca novel ini (Bidadari-bidadari Surga),,, maka saya akan sangat merekomendasikannya pada Anda.
Saya membaca novel ini selepas menyelesaikan target tilawah ba'da subuh hingga azan zuhur berkumandang. Itu berarti kira-kira 7,5 jam. Waktu yang cukup lama untuk menghabiskan waktu libur.
Tidak henti saya mengurai air mata membacanya.


Novel ini berkisah tentang sebuah keluarga sederhana yang terdiri dari 5 orang anak dengan 1 ibu. Ayah mereka sudah lama meninggal semenja mereka masih kanak-kanak dan belum begitu paham dengan alur kehidupan. Bagaimana si sulung Laisa menjadi tulang punggung keluarga membantu mamaknya mencari nafkah agar mereka tetap dapat menjalani kehidupan dengan baik. Pengorbanan yang begitu tulus dari seorang Laisa yang mengambil pilihan untuk berhenti sekolah agar keempat adiknya bisa melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Semua nasehatnya tentang kerja keras, disiplin, kerja keras, disiplin, kerja keras, disiplin, kerja keras,... .

Ia tidak pernah terlihat lelah bahkan mengeluh di hadapan adik-adiknya. Ia yang selalu terlihat baik-baik saja, bahkan ketika kanker paru-paru itu menggerogotinya. Ia tetap terlihat baik-baik saja. Menyimpan semua sepi, sakit, dan kesedihan itu. Sendiri.

Tubuhnya pendek, gemuk, gumpal, dan hitam. Sangat berbeda dengan keempat adiknya. Tapi ia tetap adalah malaikat bagi adik-adiknya.

Ia mengorbankan banyak hal.
Ia begitu menyayangi adik-adiknya.
Ia selalu ada, dan tidak pernah terlambat hadir untuk adik-adiknya.
Selalu menjaga dan menyayangi mereka.
Jika ada yang harus terleuka, kecewa, malu, bahkan tersakiti sekalipun, maka itu adalah dia.
Begitu kuat ia memegang janji kepada bapaknya untuk slalu menjaga adik-adiknya.

Kalian tahu apa yang membuat semua cerita sederhana ini begitu mengharu-biru bagi saya???
Karena semua ketulusan yang dilakukan oleh Laisa.
Ketika ia selalu bisa mensyukuri tiap detik kehidupannya.
Saat ia dengan sabar menerima semua takdir yang berlaku pada dirinya.
Bagaimana ia menunaikan semua janji-janjinya.
Dan cara ia berbagi serta merubah alur kehidupannya.

Luar biasa.


Mungkin semua cerita saya terlalu sederhana dibandingkan cerita novel ini yang sesungguhnya.
Tapi sungguh,, dari hati saya yang paling dalam, saya takjub dengan semua cerita ini.

Jumat, 18 Maret 2011

who am I

Saya adalah orang sederhana yang dilahirkan di keluarga yang sederhana. Dididik dengan kesederhanaan hidup untuk menjadi pribadi yang luar biasa. Diajarkan bagaimana mendewasakan diri dengan pemikiran-pemikiran yang bisa menjaga harga diri. Semenjak kecil dibiasakan dengan semua pola hidup yang menuntut saya untuk dapat bertanggung jawab atas semua tindak-tanduk yang saya lakukan sendiri. Karenanya, proses pendewasaan saya bisa dikatakan cepat jika dibandingkan dengan teman-teman di lingkungan saya kala itu.

Dengan semua kebebasan yang diberikan oleh kedua orangtua saya untuk memilih jalan hidup sendiri, untuk memilih lingkungan bermain sebagai tempat menghabiskan waktu sehari-hari bersama teman-teman. Sempat salah melangkah dan terjebak dalam kesesatan itu. Selama 5 tahun berkutat dengan keterpanaan saya akan kebebasan. Bahkan saya terlena dalam pusaran kenikmatan-kenikmatan pemikiran saya. Pembangkangan, pemberontakan, berhura-hura, jauh dari jalan yang diridhoi_Nya, dan banyak hal yang mungkin akan saya titikkan air mata saat mengingatnya.

Tapi ternyata pertolongan Allah itu sungguh dekat. Ia tidak membiarkan hati saya buta seutuhnya.
Berkat semua kasih dan sayang kedua orang tua, atas kesabaran mereka, karena do'a yang tulus dan ikhlas dari mereka, saya memberanikan diri untuk memindahkan pijakan ini ke arah yang lebih baik, ke arah yang insyaAllah diridhoi_Nya.

Titik tolak kehidupan saya berawal di Asrama SMA N 1 Padang Panjang. Ketika semua hirarki aturan yang dengan ketat mengukung semua kebebasan yang ternikmati selama ini. Walau terawali dengan tangisan dan keterpaksaan, walau tertatih-tatih menapaki langkah, walau ditemani sedikit dukungan, walau ada ketidakpercayaan, walau ada yang menjauh atas pilihan saya, walau apapun yang terjadi di luar diri saya, semua itu tidak menyurutkan langkah ini untuk terus maju memperbaiki diri. Ada harapan untuk bisa sesegera mungkin membahagiakan kedua orangtua.

Setelah berproses selama tiga tahun di asrama, saya mulai nyaman atas segalanya. Nyaman dengan semua hal yang dulu saya benci.

Kini saya mencoba untuk istiqomah dalam pilihan ini. Memantapkan diri dengan kualitas pribadi yang selama ini diasah di asrama.
insyaAllah, tidak akan terlepas dari jati diri saya.

Semua hal itu membuat saya mengerti arti penting kehidupan, bagaimana cara bersabar, bagaimana menjadi diri sendiri dalam ukhuwah keluarga asrama, bagaimana menerima, bagaimana memaafkan diri sendiri, dan bagaimana-bagaimana lainnya yang saya pahamkan dalam pola pikir saya.

Maka, inilah saya: Mentari Halimun
dengan semua keterbatasan dan kelebihan yang dianugerahi Allah kepada saya.

Hingga saat ini saya masih berproses untuk kehidupan yang lebih baik, insyaAllah.